Rabu, 24 April 2013

tugas softskill 4 kesehatan mental



ARTI PENTING STRES

A.    Arti penting stress

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.

Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.

Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
§  Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
§  Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
§  Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
§  Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
§   Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi.Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

B.    Efek dari stress

Ø    Membantu sel kanker bertahan hidup: Dalam studi yang dilakukan Wake Forest University dengan menggunakan hewan percobaan menunjukkan stres dapat membantu sel-sel kanker bertahan terhadap obat anti-kanker. Hasil ini dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation.Ketika mengalami stres, obat anti-kanker yang diberikan jadi kurang efektif dalam membunuh sel-sel kanker, dan sel ini tetap bisa bertahan hidup. Untuk itu manajemen stres penting bagi pasien kanker untuk meningkatkan hasil pengobatan
Ø    Otak jadi menyusut: Studi baru dari Yale University menunjukkan stres seperti akibat kerjaan atau perceraian benar-benar bisa mengecilkan otak dengan mengurangi materi abu-abu di daerah yang terkait dengan emosi dan fungsi fisiologis.Para peneliti memperingatkan hasil studi ini penting karena perubahan pada daerah abu-abu di otak dapat menjadi sinyal masalah kejiwaan di masa depan.
Ø    Anak mengalami penuaan dini: Tekanan ekstrem yang dialami anak misalnya akibat kekerasan sejak dini bisa menyebabkan sel-sel di tubuhnya mengalami penuaan dini.Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan anak yang terintimidasi dan menjadi saksi atau korban kekerasan saat kecil memiliki telomere yang lebih pendek. Telomere pendek menjadi tanda terjadinya penuaan yang lebih cepat.
Ø    Efek stres bisa diturunkan ke generasi berikutnya: Efek stres yang ada dalam gen seseorang bisa diwariskan dari generasi ke generasi, jadi tidak hanya berdampak pada orang itu sendiri tapi juga keturunannya. Sebelumnya efek gen ini dianggap terhapus pada generasi sebelumnya, tapi ternyata tidak, karena bisa menurun ke generasi berikutnya.
Ø    Memicu gejala depresi: Penelitian dari U.S. National Institute on Mental Health menunjukkan stres berperan dalam perkembangan depresi dan mempengaruhi perilaku, seperti mudah menyerah dan merasa sedih setiap waktu. Jika sudah terjadi depresi, maka perlu bantuan dokter dalam menanganinya.
Ø    Meningkatkan risiko penyakit kronis: Dalam jurnal Annals of Behavioral Medicine peneliti mengungkapkan orang yang lebih tertekan dan cemas mengenai tekanan kehidupan sehari-hari cenderung lebih berisiko memiliki kondisi kesehatan kronis (gangguan jantung atau arthritis) dalam waktu 10 tahun mendatang, dibanding dengan orang yang menjalani hidup lebih santai.
Ø    Risiko stroke meningkat: Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry mendapatkan orang yang stres lebih mungkin memiliki risiko stroke lebih tinggi. Orang yang sering stres dan memiliki tipe perilaku A (sering merasa tegang, tidak sabaran dan agresif) berhubungan dengan risiko tinggi stroke, dan hubungan ini tidak berdasarkan jenis kelamin.
Ø    Membahayakan kesehatan jantung: Merasa cemas dan stres dihubungkan dengan risiko 27 persen lebih tinggi terkena serangan jantung. Stres ini tidak hanya tingkatkan risiko serangan jantung, tapi juga mempengaruhi seberapa baik seseorang bisa bertahan setelah kena serangan jantung. Jika seseorang stres maka risikonya 42 persen lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu 2 tahun setelah dirawat akibat serangan jantung. Untuk itu apapun yang dilakukan agar bisa mengurangi stres dapat meningkatkan kesehatan jantung di masa depan.
Ø    Pilek makin memburuk: Stres memiliki dampak bagi sistem kekebalan tubuh yang membuat pilek jadi makin memburuk. Ini karena ketika seseorang stres, tubuh memproduksi hormon kortisol lebih banyak yang justru menjadi bencana bagi proses inflamasi di tubuh. Ketika stres maka sistem kekebalan tubuh menurun, pada saat yang sama terkena tubuh terkena virus yang memicu respons inflamasi. tapi sayangnya tubuh tidak memiliki mekanisme yang cukup untuk melawan sehingga terkena flu, pilek atau memperburuk kondisi.


C.    General Adaptation Syndrom (hans selye)

Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
Ø  Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
Ø  The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh.Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis.Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
Ø  Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas.Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.

Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
Ø  Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
Ø  Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
Ø  distres,merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.

D.    Factor individual dan social penyebab stress..

Factor individual Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri. Menurut Sarafino (1994), faktor–faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah:

Ø  Tuntutan kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh atasan. 
Ø  Perubahan tanggung jawab dalam kerja. 
Ø  Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan stres. 
Ø  Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak nyaman. 
Ø  Hobi interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja. 

E.     Tipe Stres Psikologi
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

TEKANAN:
ü  Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performa yang tinggi.
ü   Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
FRUSTASI:
 Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor, masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai. Frustasi inipun terjadi juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki dua sisi.
ü  Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
ü  Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan. Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu tidak terwujud, maka dapat menimbulkan frustasi. Frustasi dapat terjadi pada atlet yang mempunyai sifat pesimis maupun pada atlet yang memiliki sifat optimis yang sangat tinggi. Atlet yang mempunyai sifat pesimis dapat dikatakan “kalah sebelum berperang” karena atlet yang memiliki sifat pesimis ini mudah terkena frustasi sehingga mengalami kegagalan sedikit saja, diangapnya sebagai kegagalan yang akan terjadi dialami seterusnya.
KONFLIK
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001). Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
KECEMASAN
Kecemasan (Anxiety) adalah salah satu gejala psikologis yang identik dengan perasaan negative. Beberapa ahli psikologi menjelaskan pengertian kecemasan dalam berbagai makna. Menurut Robert S. Weinberg dan Daniel Gold (2007: 78) mendefinisikan kecemasan adalah sebuah perasaan negatif yang memiliki cirri gugup, rasa gelisah, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, dan yang terjadi pergerakan atau kegairahan dalam tubuh. Kecemasan memiliki dua komponen yaitu terdiri dari kecemasan kognitif (cognitive anxiety) yang ditandai dengan rasa gelisah dan ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, sedangkan yang kedua adalah kecemasan somatik (somatic anxiety) yang ditandai dengan ukuran keadaan fisik seseorang. Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa(1989: 147) mendefinisikan sebagai perasaan tidak berdaya, tekanan tanpa sebab yang jelas, kabur, atau samar-samar.

F.     Symptom Reducing Responses terhadap Stres

Mekanisme Pertahanan Diri ( defense mechanism ) yang biasa digunakan individu untuk di jadikan strategi saat mengurangi stress:
ü  RepresI
ü  PengalihaN
ü  Sublimasi
ü  Proyeksi
ü  Pembentukan Reaksi
ü  Introyeksi
ü  Regresi
Koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
ü  Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
ü  Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah
ü  Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
ü  Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
   
G.    Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyaman dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, InsyaAllah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).


Daftar pustaka:

Payitno, Elida. 1991. Psikologi perkembangan. Jakarta: Depdikbud

Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar